Thursday, September 24, 2009

Mengenal 2 Macam Ikan Patin Super ( Bag. 2 )

2. Patin Pasupati

a. Asal Usul

Patin pasupati adalah jenis ikan patin yang benar-benar baru dan asli dari Indonesia. Patin jenis ini dihasilkan dari persilangan antara patin siam dan patin jambal untuk pertama kalinya, sehingga disebut 'baru'. Bahkan hingga saat ini, bibit untuk indukan hingga anaknya baru bisa diproduksikan di Loka Riset Pemulian dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBAT) Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Munculnya patin pasupati adalah jawaban atas ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kuota ekspor patin berdaging putih. Hasil persilangan ini mampu mengeliminasi sifat patin siam yang dagingnya berwarna merah.

b. Keunggulan
Hasil penelitian menunjukkan, keunggulan patin pasupati akan muncul apabila induk patin jambal jantan dikawinkan dengan induk patin siam betina. Melalui program selective breeding atau seleksi pembenihan, akhirnya dihasilkan patin hibrid dengan karakteristik super sebagai berikut :
1. Produksi telur relatif tinggi seperti patin siam, yakni 100.000 butir/kg.
2. Pertumbuhan cepat seperti patin jambal.
3. Bobot badan besar seperti patin jambal.
4. Warna daging putih seperti patin jambal.
5. Kadar lemak rendah.

c. Sifat Khusus
Sayangnya, patin pasupati memiliki sifat kanibalisme, yakni memangsa sesama larva ketika lapar. Untuk menghindarkan kanibalisme, disarankan padat tebar larva cukup 50-60 ekor per liter air, kandungan oksigen 5-7 mg/liter, suhu optimum 28-30°C, kadar protein pakan 30-40%. Dengan upaya itu, tingkat kelangsungan hidup berkisar 50-80% dari jumlah yang ditebarkan.

Simak Selanjutnya : Aspek Persyaratan Lokasi Usaha Patin Super
Sumber : Budidaya Patin Super. Khairuman, Sp

Wednesday, September 23, 2009

Mengenal 2 Macam Ikan Patin Super ( Bag. 1 )

Mengenal 2 Macam Ikan Patin Super :

1. Patin Jambal
A. Asal Usul Patin Jambal
Patin jambal (Pangasius djambal merupakan salah satu jenis ikan air tawar asli Indonesia. Indukannya diambil dari alam yang kemudian didomestikasi Loka Riset Pemulian dan Teknologi Budi Daya Perikanan Air Tawar (LRPTBAT) Sukamandi. Pembudidayaannya saat ini telah berkembang di beberapa tempat, salah satunya di Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi. Sebelum tahun 1996, patin jenis ini belum dapat dibudidayakan. Pasalnya, teknologi pembenihannya belum dikuasai. Baru pada tahun 1997 untuk pertama kalinya patin ini dipijahkan secara buatan melalui proyek kerja sama dengan Institu de Recherche pour le Developpement (IRD), Prancis. Satu tahun kemudian, teknologi pemijahan patin jambal melalui pengembangbiakan secara pijah rangsang atau pemijahan buatan (induce breeding) mulai sukses dilakukan.
Hingga saat ini, usaha pembenihan patin jambal baru dilakukan institusi pemerintah, seperti lembaga riset (loka atau balai riset) atau Balai Benih lkan (BBI). Belum ada satu pun usaha pembenihan rakyat yang berkembang. Penyebabnya adalah belum memasyarakatnya teknik pembenihan secara luas, juga terbatasnya induk siap pijah. Padahal, untuk menjamin kontinuitas penyediaan benih, perlu didukung produksi benih secara massal. Artinya, penyediaan benih tidak hanya dari unit pembenihan milik pemerintah, tapi juga dari unit pembenihan rakyat. Dengan upaya ini, lokasi pembenihan lebih dekat ke daerah-daerah sentra pembudidayaan, sehingga peluang pemasarannya pun lebih terbuka luas.

b. Klasifikasi dan Morfologi
Patin jambal termasuk famili Pangasidae, ordo Ostariophysi, sub-ordo Siluroidea, genus Pangasius, dan masuk kelompok lele-lelean. Nama lokal bagi patin jambal adalah ikan patin, ikan jambal, atau pangasius, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut catfish alias ikan kucing lantaran adanya kumis di mulutnya.
Ada pun sistematika patin jambal dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Species : Pangasius djambal, Bleker 1846
Nama Inggris : Catfish
Nama local : lkan patin jambal

Ciri morfologi pantin jambal adalah sebagai berikut :
Kepala :
- Rasio panjang badan : panjang kepala 4,12 cm.
- Kepala relatif panjang melebar ke arah punggung
- Mata berukuran sedang pada sisi kepala.
- Lubang hidung relatif besar.
- Mulut subterminal, relatif kecil, dan melebar ke samping.
- Gigi tajam dan sungut mencapai belakang mata.
- Jarak antar ujung moncong lebih besar 110% daripada panjang mulut.
- Memiliki 27-39 tapis insang pada lengkung insang pertama

Badan :
- Rasio panjang badan : tinggi badan 3 cm.
- Punggung abu kehitaman, perut pucat dan sirip transparan.
- Perut lebih lebar dibandingkan dengan panjang kepala.
- Jarak sirip punggung ke ujung moncong relatif panjang.

c. Jenis Makanan
Seperti ikan patin pada umumnya, patin jambal juga termasuk pemakan segala (omnivora). Khusus dalam kolam pemeliharaan, larva dapat diberi pakan berupa pakan alami (zooplankton), seperti Artemia sp. (artemia), Moina sp. (moina), dan Daphnia sp. (daphnia). Bahkan bisa saja langsung diberikan pakan buatan. Alasannya, larva patin jambal pada umur 0 jam setelah menetas telah memiliki ukuran tubuh yang relatif besar, yakni sekitar 4,7 mm, sehingga bukaan mulutnya juga berukuran besar.

d. Daerah Penyebaran
Di alam, penyebaran geografis patin jambal cukup luas, yakni hampir di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, secara alami ikan ini banyak ditemukan di sungai-sungai besar di Sumatera, seperti Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari, dan Indragiri. Sungai-sungai besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan Solo juga ditemukan ikan patin. Bahkan keluarga dekat lele ini juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan, dan Kapuas.
Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, produksi patin tangkapan dari alam semakin menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa populasi patin di alam semakin sedikit. Penyebabnya adalah perubahan dan penurunan kualitas lingkungan akibat degradasi, sehingga menekan kelangsungan hidup benih patin di alam. Selain itu, upaya penangkapan yang dilakukan masyarakat cenderung berlebihan. Penangkapan dilakukan tanpa memerhatikan keberlangsungan hidup populasi patin. Akibatnya, tidak ada upaya re-stocking atau penebaran benih kembali ke alam.
Di Sungai Musi dan Brantas misalnya, sejak tahun 1995 hasil tangkapan patin jambal mengalami penurunan.
Pasalnya, telah terjadi perubahan habitat alami, seperti pembangunan waduk, perusakan lingkungan (pencemaran), dan penangkapan ikan yang dilakukan secara berlebihan.

e. Keunggulan
Patin jambal memiliki tingkat pertumbuhan badan yang cepat, yakni 2,5-3 kali patin siam. Sementara laju pertumbuhan badan patin jambal betina diketahui jauh lebih cepat ketimbang patin jambal jantan.
Keunggulan lain adalah bobot tubuhnya bisa mencapai 20 kg/ekor. Di alam, ukuran tubuhnya bisa mencapai lebih dari 1 meter. Ini merupakan bobot yang paling besar yang bisa dicapai oleh jenis patin lokal. Bobot tubuh yang besar terkait langsung dengan volume daging yang dihasilkan, sehingga apabila bobot tubuhnya besar, volume dagingnya juga meningkat.
Selain itu, larva atau benih patin jambal tidak bersifat kanibal. Oleh karena itu, usaha pembenihan patin jambal jauh lebih aman dengan tingkat kematian yang relatif rendah. Karena, benih atau larva tidak Saling memangsa apabila lapar atau terlambat diberi pakan.
Hanya saja yang menjadi kelemahan patin ini adalah produksi telur (fekunditas) yang relatif sedikit, yakni rata-rata 8.500 butir telur per ekor induk atau kurang lebih 4.000 butir per kg bobot badan.

f. Kebiasaan Hidup
Secara alami, patin jambal hidup di sungai-sungai besar dan berair tenang. Umumnya, ikan ini ditemukan di lokasi-lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam dan tersembunyi. Pergerakannya relatif lamban dan cenderung lebih banyak diam di bagian dasar dan bagian tengah perairan.
Jika dipelihara di kolam budi daya, patin jambal relatif tidak terlalu sulit beradaptasi. Sebagai ikan yang berasal dari sungai, untuk dapat tumbuh normal di kolam budi daya, diperlukan perairan yang menyerupai atau memiliki karakteristik perairan sungai.
Sementara itu, patin jambal yang dipelihara dalam karamba akan mencapai matang seksual setelah 3 tahun dipelihara atau telah mencapai bobot tubuh 3-5 kg. Namun demikian, reproduksi patin jambal dapat diusahakan sepanjang tahun. Asalkan, sejumlah parameter lingkungan hidupnya, terutama kualitas air memenuhi persyaratan.

Parameter kualitas air untuk budidaya patin jambal :
1. pH ( Derajat keasaman air ) : 6 – 8
2. Suhu Air : 26 – 320C
3. NH3 : <>
4. NO2 : < 0.06 ppm
5. Kecerahan : 30 - 50 cm

Simak Selanjutnya : Ikan Patin Pasupati
Sumber : Budidaya Patin Super, Khairuman, Sp

Tuesday, September 22, 2009

Pola Produksi Ikan Patin


Melihat kecenderungan kebutuhan ikan patin yang tinggi, pola produksi yang seharusnya dikembangkan adalah pola produksi intensif. seperti ikan air tawar lainnya, ikan patin memiliki pola produksi yang sama. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pola produksi secara intensif disesuaikan dengan konsep agribisnis, yakni melalui serangkaian kegiatan yang tidak bisa dilakukan secara terpisah. Pola produksi yang sudah berkembang dimulai dari kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran. Setiap kegiatan memiliki peluang usaha dan mampu menyerap tenaga kerja.
Pada pembenihan meliputi kegiatan persiapan calon induk, pemijahan buatan, penetasan telur, hingga perawatan larva. Semua kegiatan tersebut bisa dilakukan di ruang tertutup berupa hatchery khusus. Sementara itu, pada pendederan meliputi kegiatan lanjutan dari pembenihan, yakni pemeliharaan larva hingga mencapai ukuran 2-3 inci atau 4-5 inci. Pendederan dapat dilakukan di ruang tertutup, seperti di aquarium, fibre glass, bak, atau di kolam. Sedangkan pembesaran adalah kegiatan pemeliharaan dari ukuran 2-3 inci hingga mencapai ukuran komsumsi atau induk. Pembesaran umumnya dilakukan di kolam, karamba, atau di jaring apung.

Simak selanjutnya : Mengenal 2 Macam Ikan Patin Super
Sumber : Budidaya Patin Super. Khairuman, Sp.

Thursday, October 2, 2008

Prospek Usaha Ikan Patin, Menjanjikan.

Budidaya ikan patin memiliki prospek usaha yang menjanjikan, baik untuk pemenuhan kebutuhan pasar lokal maupun ekspor. Faktor penting yang menjadi kunci terbukanya pasar ikan patin secara luas adalah rasa dagingnya. Para penggemar ikan patin menyatakan, dibandingkan beberapa jenis ikan air tawar lainnya, ikan ini tergolong memiliki rasa daging yang paling enak, lezat, dan gurih. Bahkan sebagian dari mereka menyatakan, ikan ini memiliki rasa daging yang khas. Di sisi lain, patin diketahui memiliki kandungan protein yang relatif tinggi. lkan patin, selain dimanfaatkan sebagai daging segar, juga bisa dimanfaatkan sebagai makanan olahan. Berbagai bentuk dan jenis daging olahannya, saat ini sudah memasyarakat, seperti martabak patin, pastel kembang patin, pring roll patin, kongtin (Singkong dicampur daging patin), fish nugget, sosis, dan fish stick.

1. Pasar Lokal
Pada tahun 1980-an, patin hanya dikenal dan digemari kalangan masyarakat Sumatera dan Kalimantan. Belakangan, seiring mulai suksesnya pengembangan budidaya patin siam, konsumsinya mulai dikenal luas. Kini, patin tidak hanya menjadi bagian menu makan masyarakat Sumatera dan Kalimantan, tapi sudah meluas hingga ke Pulau Jawa terutama Jawa Barat dan Kawasan Timur Indonesia.
Membaiknya prospek pemasaran di dalam negeri, tidak bisa lepas dari kebutuhan masyarakat Indonesia pada protein hewani. Seperti diketahui, kebutuhan protein hewani masyarakat di Tanah Air umumnya terus meningkat, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendidikan, dan taraf hidup. Bukan rahasia umum, peningkatan taraf hidup ini berkorelasi positif dengan kemampuan daya beli masyarakat.
Selain itu, munculnya kesadaran masyarakat pada bahaya kolesterol, juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis protein hewani yang akan dikonsumsi. Masyarakat menilai, sumber protein hewani asal ikan—termasuk ikan patin— lebih aman ketimbang dari hewan lainnya. Pasalnya, kadar kolesterolnya relatif lebih rendah. Alasan lain adalah ditemukannya berbagai kasus penyakit pada hewan ternak. Merebaknya kasus sapi gila atau madcow pada sapi dan kasus flu burung atau avian influenza pada ayam, membuat masyarakat beralih pada sumber protein lain yang dinilai lebih aman, yakni ikan.
Hingga saat ini, belum ada referensi yang pasti tentang jumlah kebutuhan patin di tingkat lokal. Namun, untuk mengetahuinya bisa digunakan gambaran sebagai berikut. Pada tahun 1990 misalnya, kebutuhan benih di Sumatera Selatan masih kurang dari 1 juta ekor perbulan. Namun, pada periode tahun 1995 hingga 1997, kebutuhan benih di daerah tersebut mencapai lebih dari 2 juta ekor perbulan. Data terakhir dari Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya Departemen Kelautan dan Perikanan menunjukkan, kebutuhan benih secara nasional mencapai 55 juta ekor per bulan. Jumlah tersebut diperlukan untuk mencapai target produksi patin konsumsi sebesar 16.500 ton.
Ke depan, peluang usaha budi daya patin dipastikan makin terbuka lebar, menyusul telah dicanangkannya Program Gerakan Serentak (Gertak) Pengembangan Ikan Patin di tujuh provinsi di Indonesia oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada Januari 2006 lalu di Jambi. Ketujuh provinsi yang dinilai mampu mengembangkannya dengan baik adalah Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat. Dalam pencanangan tersebut, sekaligus ditandatangani kesepakatan antara eksportir dan pemerintah. Eksportir menyatakan kesanggupannya untuk menampung produksi patin di Indonesia dari tujuh provinsi tersebut untuk diekspor ke Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

2. Pasar Ekspor
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan juga mencatat, dari produksi patin konsumsi 16.500 ton per bulan, sekitar 95% atau 15.675 ton digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sisanya, sekitar 5 % atau 825 ton digunakan untuk memenuhi pasar ekspor. Kondisi tersebut terjadi karena produksi Indonesia mutunya masih jauh dari kriteria ekspor yang ditetapkan negara importir patin, seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan sebagian negara-negara Asia. Produksi Indonesia masih didominasi patin siam yang dagingnya agak kemerahan, sementara negara importir menghendaki daging yang berwarna putih.
Kondisi lain menunjukkan, pemenuhan bagi Negara-­negara pengimportir patin tersebut hanya dilakukan oleh pembudidaya dari Vietnam dan Taiwan. Pemenuhan itu pun masih dinilai kurang oleh negara importir, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Dengan kondisi tersebut, bisa diartikan bahwa peluang ekspor masih terbuka luas bagi patin super. Pembudidayaan dalam jumlah besar, diharapkan mampu menggantikan minimnya kuantitas dan kualitas yang dikirimkan Vietnam dan Taiwan ke negara-negara importir patin.

Simak Selanjutnya : Pola Produksi Ikan Patin
Sumber : Budidaya Patin Super. Khairuman, Sp

Jalan Panjang Siperak, Siperaup DOLLAR

Umumnya, produksi ikan patin di Indonesia, baik dalam bentuk benih maupun ukuran konsumsi, didominasi jenis patin siam (Pangasius hyphopthalmus sinonim P. sutchi) atau disebut lele bangkok. Jika ada tambahan, tak lebih dari hasil tangkapan di sungai-sungai besar tertentu di Tanah Air. Patin siam adalah hasil introduksi dari Thailand pada tahun 1972. Jenis patin itu sangat populer dan mudah memasyarakat. Pasalnya, gampang dikembangbiakkan dan mampu menghasilkan telur atau benih dalam jumlah relatif banyak setiap kali dipijahkan.

Sayangnya, patin siam kurang laku di pasar ekspor. Lantaran dagingnya berwarna kekuningan atau kemerahan. Warna daging seperti itu kurang disukai negara importir ikan patin, seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Para importir lebih menyukai ikan yang berdaging putih atau dari jenis Pangasius borourti. Akibatnya, pasar ekspor diisi pembudidaya patin asal Vietnam dan Taiwan, karena memiliki komoditas patin berdaging putih.


Namun pembudidaya patin di Indonesia tidak kehilangan akal. Hasil penelitian sementara dari Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi dan pengalaman sejumlah pembudidaya patin di dalam karamba di Jambi dan Palembang menunjukkan, warna daging patin siam bisa berubah menjadi putih, asalkan dipelihara di sungai. Namun, tidak semua pembudidaya melakukan kegiatan budi daya di sungai. Ujung-ujungnya, pembudidaya di Indonesia tetap tidak mampu memenuhi kuota ekspor patin berdaging putih, apalagi menjaga kontinuitas pengiriman.
Melihat kondisi yang memprihatinkan tersebut, para peneliti perikanan di Indonesia berusaha mencari jenis ikan patin lain yang dapat memenuhi kriteria kebutuhan ekspor. Setelah melalui serangkaian penelitian yang dilakukan selama beberapa tahun, para peneliti perikanan pun berhasil melakukan domestikasi dan melakukan pemijahan buatan. Mereka akhirnya berhasil menemukan 13 jenis patin lokal Indonesia, salah satunya adalah "patin jambal" atau Pangasius djambal yang paling mendekati kriteria kebutuhan pasar ekspor.
Ikan patin jambal diperoleh melalui proses penangkapan di sungai. Umumnya, patin jenis ini sangat diminati masyarakat Sumatera dan Kalimantan. Meski secara geografis, penyebarannya cukup luas dan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Penyebarannya yang luas juga menunjukkan bahwa jenis ini cocok dipelihara di banyak tempat dan mudah dikembangbiakkan. Keunggulan dari sisi fisik adalah dagingnya berwarna putih, bobot badannya bisa mencapai lebih dari 20 kg, dan panjang hampir 1 m. Namun, patin jenis ini hanya mampu menghasilkan telur dalam jumlah relatif sedikit. Kepopuleran patin jambal membuat Departemen Kelautan dan Perikanan resmi melepasnya ke masyarakat untuk dibudidayakan pada tahun 2000.

Menyusul sukses pelepasan ikan patin jambal ke masyarakat, pada 7 Agustus 2006, Departemen Kelautan dan Perikanan kembali melepas ke masyarakat jenis patin baru yang diberi nama "Patin Pasupati" atau Patin Super Harapan Pertiwi. Patin pasupati merupakan hasil persilangan atau hibrida antara patin siam betina dan patin jambal jantan. Keunggulan dari patin ini adalah memiliki daging yang berwarna putih, kadar lemak yang relatif rendah, laju pertumbuhan badan yang relatif cepat, dan jumlah telur yang relatif banyak. Daging yang berwarna putih dan bobot tubuh yang besar diturunkan dari patin jambal, sementara jumlah telur yang relatif banyak diturunkan dari patin siam.
Dalam perkembangannya, masyarakat menyebut patin jambal dan patin pasupati sebagai patin super. Sebutan tersebut diberikan dengan mempertimbangkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki kedua jenis patin itu. Keduanya memang memiliki banyak kemiripan, baik dalam pemeliharaan, pemijahan, maupun pembesaran.

Simak Selanjutnya : Prospek Usaha Ikan Patin, Menjanjikan
Sumber : Budidaya Patin Super. Khairuman, Sp

Tuesday, September 30, 2008

Sepatah Kata

Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang populer di kalangan penggemar menu masakan ikan air tawar. Pasalnya, ikan ini memiliki cita rasa yang enak. Di sisi lain, bagi pembudidaya, kelebihan ikan ini mampu bertahan hidup di perairan yang jelek dan teknologi budidayanya gampang dikuasai. Karena itu, ikan ini menjadi menarik untuk dibudidayakan secara komersial.
Perkembangan budidaya yang cukup pesat menuntut pasokan benih yang semakin meningkat pula. Apalagi, peluang ekspor ke Amerika dan Eropa makin terbuka, selain pasar utama di dalam negeri yang permintaannya terus meningkat.
Saat ini, selain ikan patin siam (Pangasius hyphopthalmus sinonim P. sutchi) yang dagingnya berwarna agak merah, terdapat jenis ikan patin baru yang memiliki keunggulan tertentu, yakni patin jambal (Pangasius djambal) dan patin PASUPATI atau Patin Super Harapan Pertiwi.
Ikan patin jambal merupakan patin asal sungai dan dilepas ke masyarakat pada tahun 2000. Sebelumnya, patin jambal sudah mengalami proses domestikasi di Sukamandi dan Jambi. Sementara itu, patin pasupati merupakan patin hibrid atau hasil persilangan patin jambal dengan patin siam. Patin pasupati telah dilepas ke masyarakat pada tahun 2006.
Kedua ikan patin super tersebut merupakan jenis patin lokal asli Indonesia dan memiliki warna daging putih. Sudah bukan rahasia, jika ikan patin dengan daging berwarna putih adalah jenis patin yang diminati pasar ekspor seperti Amerika dan Eropa. Sehingga, kedua patin lokal ini merupakan kandidat favorit untuk menyuplai kebutuhan pasar ekspor. Selain itu, kedua ikan patin itu memiliki ukuran yang relatif besar, sehingga disebut ikan patin super.
Pada Blog ini dibahas berbagai aspek terkait usaha pembenihan dan pembudidayaannya. Teknik pembudidayaan, baik pembenihan maupun pembesaran, kedua jenis patin ini relatif sama. Prinsipnya, sebagai patin jenis baru pemahaman sifat biologinya perlu dikuasai terlebih dahulu.
Kehadiran Blog ini diharapkan bisa menjadi bahan untuk membantu pembudidaya atau calon pembudidaya yang berminat mengembangkan ikan patin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan informasi, literatur, dan data bagi tersusunnya Blog ini. Sadar akan segala kekurangan, penulis dengan tangan terbuka menerima kritikan dan saran dari pembaca, sehingga Blog ini menjadi lebih sempurna pada masa yang akan datang. Semoga bermanfaat.

Bandung, Oktober 2008
Simak Selanjutnya : Jalan Panjang Siperak, Siperaup DOLLAR
Sumber : Budidaya Patin Super. Khairuman, Sp