Mengenal 2 Macam Ikan Patin Super :1. Patin JambalA. Asal Usul Patin JambalPatin jambal (Pangasius djambal merupakan salah satu jenis ikan air tawar asli Indonesia. Indukannya diambil dari alam yang kemudian didomestikasi Loka Riset Pemulian dan Teknologi Budi Daya Perikanan Air Tawar (LRPTBAT) Sukamandi. Pembudidayaannya saat ini telah berkembang di beberapa tempat, salah satunya di Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi. Sebelum tahun 1996, patin jenis ini belum dapat dibudidayakan. Pasalnya, teknologi pembenihannya belum dikuasai. Baru pada tahun 1997 untuk pertama kalinya patin ini dipijahkan secara buatan melalui proyek kerja sama dengan Institu de Recherche pour le Developpement (IRD), Prancis. Satu tahun kemudian, teknologi pemijahan patin jambal melalui pengembangbiakan secara pijah rangsang atau pemijahan buatan (induce breeding) mulai sukses dilakukan.

Hingga saat ini, usaha pembenihan patin jambal baru dilakukan institusi pemerintah, seperti lembaga riset (loka atau balai riset) atau Balai Benih lkan (BBI). Belum ada satu pun usaha pembenihan rakyat yang berkembang. Penyebabnya adalah belum memasyarakatnya teknik pembenihan secara luas, juga terbatasnya induk siap pijah. Padahal, untuk menjamin kontinuitas penyediaan benih, perlu didukung produksi benih secara massal. Artinya, penyediaan benih tidak hanya dari unit pembenihan milik pemerintah, tapi juga dari unit pembenihan rakyat. Dengan upaya ini, lokasi pembenihan lebih dekat ke daerah-daerah sentra pembudidayaan, sehingga peluang pemasarannya pun lebih terbuka luas.
b. Klasifikasi dan MorfologiPatin jambal termasuk famili Pangasidae, ordo Ostariophysi, sub-ordo Siluroidea, genus Pangasius, dan masuk kelompok lele-lelean. Nama lokal bagi patin jambal adalah ikan patin, ikan jambal, atau pangasius, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut catfish alias ikan kucing lantaran adanya kumis di mulutnya.
Ada pun sistematika patin jambal dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Species : Pangasius djambal, Bleker 1846
Nama Inggris : Catfish
Nama local : lkan patin jambal
Ciri morfologi pantin jambal adalah sebagai berikut :Kepala :- Rasio panjang badan : panjang kepala 4,12 cm.
- Kepala relatif panjang melebar ke arah punggung
- Mata berukuran sedang pada sisi kepala.
- Lubang hidung relatif besar.
- Mulut subterminal, relatif kecil, dan melebar ke samping.
- Gigi tajam dan sungut mencapai belakang mata.
- Jarak antar ujung moncong lebih besar 110% daripada panjang mulut.
- Memiliki 27-39 tapis insang pada lengkung insang pertama
Badan :- Rasio panjang badan : tinggi badan 3 cm.
- Punggung abu kehitaman, perut pucat dan sirip transparan.
- Perut lebih lebar dibandingkan dengan panjang kepala.
- Jarak sirip punggung ke ujung moncong relatif panjang.
c. Jenis MakananSeperti ikan patin pada umumnya, patin jambal juga termasuk pemakan segala (omnivora). Khusus dalam kolam pemeliharaan, larva dapat diberi pakan berupa pakan alami (zooplankton), seperti Artemia sp. (artemia), Moina sp. (moina), dan Daphnia sp. (daphnia). Bahkan bisa saja langsung diberikan pakan buatan. Alasannya, larva patin jambal pada umur 0 jam setelah menetas telah memiliki ukuran tubuh yang relatif besar, yakni sekitar 4,7 mm, sehingga bukaan mulutnya juga berukuran besar.
d. Daerah PenyebaranDi alam, penyebaran geografis patin jambal cukup luas, yakni hampir di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, secara alami ikan ini banyak ditemukan di sungai-sungai besar di Sumatera, seperti Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari, dan Indragiri. Sungai-sungai besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan Solo juga ditemukan ikan patin. Bahkan keluarga dekat lele ini juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan, dan Kapuas.
Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, produksi patin tangkapan dari alam semakin menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa populasi patin di alam semakin sedikit. Penyebabnya adalah perubahan dan penurunan kualitas lingkungan akibat degradasi, sehingga menekan kelangsungan hidup benih patin di alam. Selain itu, upaya penangkapan yang dilakukan masyarakat cenderung berlebihan. Penangkapan dilakukan tanpa memerhatikan keberlangsungan hidup populasi patin. Akibatnya, tidak ada upaya re-stocking atau penebaran benih kembali ke alam.
Di Sungai Musi dan Brantas misalnya, sejak tahun 1995 hasil tangkapan patin jambal mengalami penurunan.
Pasalnya, telah terjadi perubahan habitat alami, seperti pembangunan waduk, perusakan lingkungan (pencemaran), dan penangkapan ikan yang dilakukan secara berlebihan.
e. KeunggulanPatin jambal memiliki tingkat pertumbuhan badan yang cepat, yakni 2,5-3 kali patin siam. Sementara laju pertumbuhan badan patin jambal betina diketahui jauh lebih cepat ketimbang patin jambal jantan.
Keunggulan lain adalah bobot tubuhnya bisa mencapai 20 kg/ekor. Di alam, ukuran tubuhnya bisa mencapai lebih dari 1 meter. Ini merupakan bobot yang paling besar yang bisa dicapai oleh jenis patin lokal. Bobot tubuh yang besar terkait langsung dengan volume daging yang dihasilkan, sehingga apabila bobot tubuhnya besar, volume dagingnya juga meningkat.
Selain itu, larva atau benih patin jambal tidak bersifat kanibal. Oleh karena itu, usaha pembenihan patin jambal jauh lebih aman dengan tingkat kematian yang relatif rendah. Karena, benih atau larva tidak Saling memangsa apabila lapar atau terlambat diberi pakan.
Hanya saja yang menjadi kelemahan patin ini adalah produksi telur (fekunditas) yang relatif sedikit, yakni rata-rata 8.500 butir telur per ekor induk atau kurang lebih 4.000 butir per kg bobot badan.
f. Kebiasaan HidupSecara alami, patin jambal hidup di sungai-sungai besar dan berair tenang. Umumnya, ikan ini ditemukan di lokasi-lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam dan tersembunyi. Pergerakannya relatif lamban dan cenderung lebih banyak diam di bagian dasar dan bagian tengah perairan.
Jika dipelihara di kolam budi daya, patin jambal relatif tidak terlalu sulit beradaptasi. Sebagai ikan yang berasal dari sungai, untuk dapat tumbuh normal di kolam budi daya, diperlukan perairan yang menyerupai atau memiliki karakteristik perairan sungai.
Sementara itu, patin jambal yang dipelihara dalam karamba akan mencapai matang seksual setelah 3 tahun dipelihara atau telah mencapai bobot tubuh 3-5 kg. Namun demikian, reproduksi patin jambal dapat diusahakan sepanjang tahun. Asalkan, sejumlah parameter lingkungan hidupnya, terutama kualitas air memenuhi persyaratan.
Parameter kualitas air untuk budidaya patin jambal :1. pH ( Derajat keasaman air ) : 6 – 8
2. Suhu Air : 26 – 320C
3. NH3 : <>
4. NO2 : < 0.06 ppm
5. Kecerahan : 30 - 50 cm
Simak Selanjutnya :
Ikan Patin PasupatiSumber : Budidaya Patin Super, Khairuman, Sp